Sabtu, 31 Desember 2011

Amal Yang Dicintai Allah

subhanallah walhamdulillah wala ilaha illallah wallahu akbar
Diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘Anhu ia berkata aku bertanya kepada Rasulullah saw “Amal apa yg paling dicintai Allah Azza Wajalla? beliau menjawab “Shalat tepat pada waktunya”. Aku bertanya kemudian apa lagi? beliau menjawab “Berbuat baik terhadap kedua orangtua”. Aku bertanya kemudian apa lagi? beliau menjawab “Jihad fi sabilillah”. Ia berkata Demikian Rasulullah saw mengabarkannya kepadaku seandainya aku meminta tambahan niscaya beliau menambahkannya”.
Hadis di atas menjelaskan kedudukan dan tingkatan amal di sisi Allah Ta’ala. Amal yg dimaksud oleh hadis itu adl amal badani sebab amal yg afdhal dan paling dicintai Allah adl beriman kepada-Nya hal ini berdasarkan hadis Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu bahwasanya seseorang telah bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam Amal apakah yg paling afdhal? beliau menjawab”Iman kepada Allah dan Rasul Nya“. Ditanyakan kemudian apa lagi? beliau menjawab “Jihad di jalan Allah“. Ditanyakan lalu apa lagi? beliau menjawab “Haji mabrur“.
Dengan demikian kedua hadis yg menerangkan amal paling afdhal tersebut tidak bertentangan sebab masing-masing berdiri menurut konteksnya. Perlu diketahui pula ada beberapa hadis yg menerangkan keutamaan amal akan tetapi tidak sama urutannya dgn hadis di atas. Untuk mendudukkan hal tersebut Ibnu Hajar berkomentar “Dalam menjelaskan perbedaan jawaban Rasulullah ketika ditanya tentang amal yg paling utama para ulama menerangkan bahwasanya perbedaan jawaban tersebut berdasarkan perbedaan kondisi para sahabat yg bertanya. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengajarkan kepada tiap kaum sesuai dgn apa yg mereka perlukan dan sukai. Jihad misalnya pada permulaan Islam adl amal yg paling utama sebab jihad merupakan wasilah utk melakukan berbagai amal tersebut. Disamping itu banyak nash-nash yg menjelaskan bahwa shalat lbh afdhal daripada zakat tetapi dalam kondisi sangat dibutuhkan dan genting zakat bisa menjadi lbh utama“.
Di antara dalil yg menguatkan bahwa terdapat derajat dan tingkatan amal di sisi Allah adl sabda Rasulullah “Iman itu ada 73 cabang yg paling tinggi adl kalimah La Ilaha Illallah dan yg paling rendah adl menyingkirkan duri dari jalan dan malu adl termasuk cabang dari iman“.
Hadis yg sedang kita bahas ini juga menguatkan adanya sifat cinta bagi Allah. Dalam hal ini aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah lah yg menetapkan sifat-sifat bagi Allah secara haqiqi seperti apa yg ditetapkan oleh Allah terhadap diri-Nya sendiri. Di dalam Al-Qur’an terdapat 43 kali sifat cinta yg dinisbatkan kepada Allah Ta’ala di antaranya adalah “.. dan Allah mencintai orang-orang yg berbuat baik“. . “.. sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yg bertawakkal“. . “.. maka sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yg bertakwa“. . “.. sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yg berbuat adil“. dan lain sebagainya.
Sebagai bentuk keadilan Allah maka Dia tidak mencintai orang-orang kafir para pemboros orang-orang yg melampaui batas para perusak orang-orang yg dzalim dan lain-lain. Disamping itu banyak hadis yg menegaskan bahwa Allah memiliki sifat cinta. Di antaranya hadis dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berkata kepada Abdullah bin Qais “Engkau mempunyai dua sifat yg di cintai Allah yaitu penyayang dan sabar“.
Meskipun kita mengetahui bahwa Allah memiliki sifat cinta tetapi tidak dibenarkan mempertanyakan bagaimana wujudnya sebab jawabannya di luar batas pengetahuan manusia demikian pula halnya dgn sifat-sifat Allah yg lain.
Keutamaan suatu amal atas amal yg lain sebagaimana penjelasan hadis di muka memang disebabkan bahwa amal tersebut lbh utama menurut asalnya.Tetapi keutamaan amal itu atas lainnya terkadang bergeser disebabkan sesuatu hal seperti oleh perubahan waktu dan keadaan. Banyak contoh yg bisa menjelaskan hal ini. Bertasbih dan menyucikan Allah misalnya ia lbh utama daripada istighfar tetapi pada saat jiwa bergetar hebat krn perasaan dosa maka istighfar lbh utama. Bahkan terkadang suatu amal yg utama menjadi makruh krn perbedaan situasi dan kondisi seperti bau mulut. Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam membenci mulut yg berbau ketika berada di tengah masa tetapi pada saat lain beliau bersabda “Sungguh.. bau mulut orang yg sedang berpuasa itu lbh wangi di sisi Allah daripada aroma minyak kasturi“.
Demikian pula dgn rendah hati kepada sesama muslim ia merupakan hal yg utama sebab Allah tidak menyukai orang yg sombong lagi membanggakan diri. Tetapi sombong dan membanggakan diri ketika menghadapi musuh dan utk menghinggapkan rasa takut di hatinya adl termasuk hal yg utama.
Dalam masalah yg penting ini Ibnul Qayyim menjelaskan “Membaca Al Qur’an lbh utama daripada dzikir sedangkan dzikir lbh utama daripada do’a” jika masing-masing dipandang secara berdiri sendiri. Tetapi amal yg lbh rendah keutamaannya terkadang bisa menggeser kedudukan amal yg lbh afdhal darinya hal itu seperti bertasbih dalam ruku’ dan sujud.
Bertasbih ketika ruku’ dan sujud lbh utama daripada membaca Al Qur’an pada keduanya bahkan membaca Al Qur’an ketika ruku’ dan sujud justru dilarang. Demikian pula bertasbih setelah selesai shalat lbh utama daripada membaca Al Qur’an pada waktu yg sama menjawab azan dan menirukan ucapan muazin adl lbh utama daripada membaca Al Qur’an meskipun kita mengetahui bahwa Al Qur’an lbh utama atas semua perkataan manusia sebagaimana keutamaan Allah atas segenap makhluk-Nya tetapi masing-masing ungkapan dan ucapan terdapat maqam dan tempatnya sendiri-sendiri.
Jika pada suatu maqam dan keadaan terdapat ungkapan dan perkataan khusus tetapi justru ia mengeluarkan ungkapan dan perkataaan yg lain maka hikmah dan maslahah yg dicari menjadi hilang dan tidak berpihak kepadanya.
Hal lain seperti orang yg melalaikan membaca Al Qur’an dan zikir krn ketika melakukan keduanya ia tidak bisa khusyu’ kemudian ia berdo’a dan hatinya bisa penuh tunduk dan khusyu’ hanya kepada Allah maka ketika itu do’a lbh bermafaat bagi dirinya meski secara asal membaca Al Qur’an dan zikir lbh utama dan lbh besar pahalanya daripada ber-do’a. Dan tentu berbeda antara keutamaan sesuatu yg sejak awal memang melekat pada dirinya dgn keutamaan sesuatu krn sebab-sebab luar masing-masing mesti diberi sesuai dgn haknya.
Segala sesuatu harus ditempatkan pas pada tempatnya. Termasuk dalam bab ini adl bahwa surat Al Ikhlas sama dgn sepertiga Al Qur’an. Meskipun demikian surat tersebut tidak menyamai ayat-ayat mawaris thalaq khulu’ dan lainnya pada saat ayat-ayat tersebut diperlukan. Ayat-ayat tersebut tentu lbh bermanfaat daripada membaca surat Al Ikhlas.
Hal-hal seperti inilah yg seyogya-nya diketahui oleh tiap muslim dalam masalah keutamaan amal sehingga ia tidak melalaikan amal yg kurang utama krn mengejar amal yg utama. Jika demikian maka iblislah yg beruntung merenggut keutamaan itu”.
Pentingnya shalat tepat pada waktunya. Yang dimaksud shalat disini adl shalat fardhu . Shalat amat agung fadhilah dan pahalanya ia merupakan rukun Islam yg kedua setelah syahadat. Shalat adl tiang agama agama tidak akan bisa tegak berdiri kecuali dgn menegakkan dan mendirikan shalat. Allah berfirman “.. dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari keji dan munkar“.
Jika suatu umat menegakkan shalat maka mereka akan ditunjuki pada jalan kebaikan dan akan hilang kekejian dan kemunkaran dari mereka. Perintah mendirikan shalat dan menjaganya banyak kita dapatkan dalam Al Qur’an seperti dalam 2 238 5 12 11 114 17 78 20 14 31 17 dan banyak lagi yg lainnya.
Bagi laki-laki hendaknya memelihara dan melakukan shalat dgn berjamaah di masjid. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam telah bersabda “Barangsiapa mendengar azan tetapi tidak mendatangi maka tiada shalat baginya kecuali krn ada uzur“.
Perintah mendirikan shalat dgn berjamaah atas kaum laki-laki juga berdasarkan hadis riwayat Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu yg menceritakan seorang buta yg memohon keringanan dari Nabi utk tidak berjamaah krn tiada seorangpun yg menuntunnya ke masjid namun ketika ia mengaku mendengar azan lantas Nabi mencabut keringanan itu kembali.
Shalat adl termasuk pelebur dosa yg paling agung. Dari Abu Hurairah ia mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda “Tahukah kalian jika di depan pintu salah seorang kalian terdapat sungai lalu ia mandi di dalamnya lima kali tiap hari apakah masih tersisa kotoran daripada-nya?” Mereka menjawab “Tidak akan tersisa sedikitpun kotoran dari padanya“. “Sesungguhnya para munafik itu menipu Allah dan Allah membalas tipuan mereka. Apabila mereka berdiri utk shalat mereka berdiri dgn malas. Mereka bermaksud riya di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali“.
Besok pada hari kiamat shalat adl amal yg pertamakali dihisab. Dari Abu Hurairah ia berkata Rasul Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda “Sesungguhnya amal seseorang yg pertama kali dihisab pada hari kiamat adl shalatnya. Apabila shalatnya baik maka ia benar-benar beruntung dan berhasil tetapi jika shalatnya rusak maka ia benar-benar merugi. Jika dari shalat fardhunya ada sesuatu yg kurang maka Allah berfirman “Lihatlah apakah hamba-Ku memiliki shalat sunnah sehingga dengannya shalat fardhunya disempurnakan?. Kemudian seluruh amalnya dihisab“.

Subhanallah Kuasamu Ya ALLAH








kebesaran allah swt tidak pernah di ragukan lagi Inilah rumah allah swt (Masjid), yang pada saat bencana alam mengoncang sebagian tempat di dunia tetapi Masjid'' tetap kokoh berdiri.

Rukun Islam Dan Rukun Iman

subhanallah walhamdulillah wala ilaha illallah wallahu akbar
1. Dua Kalimat Syahadat
2. Sholat Lima Waktu
3. Ibadah Puasa
4. Melaksanakan Zakat
5. Pergi Haji Bagi yang Mampu
- B. Rukun Iman / Enam Perkara
1. Percaya kepada Allah SWT
2. Percaya kepada Nabi dan Rasul / Rosul Allah SWT
3. Percaya kepada Malaikat Allat SWT
4. Percaya kepada Kitab Allat SWT yaitu Al Qur'an
5. Percaya kepada Hari Kiamat / Hari Akhir
6. Percaya kepada Qada dan Qadar / Qodo dan Qodar / Kodo dan Kodar atau Ketentuan Allah SWT

TATA CARA HAJI TAMATTU

subhanallah walhamdulillah wala ilaha illallah wallahu akbar
Tamattu artinya bersenang-senang adalah  melaksanakan Ibadah  Umrah terlebih dahulu dan setelah itu baru melakukan Ibadah Haji. setelah selesai melaksanakan Ibadah Umran yaitu : Ihram, tawaf, Sa’i  jamaah boleh langsung tahallul, sehingga jama’ah sudah bisa melepas ihramnya.
Selanjutnya jama’ah tinggal menunggu tanggal 8 Zulhijah untuk memakai pakaian Ihram kembali dan berpantangan lagi untuk melaksanakan Ibadah Haji. Karena kemudahan itulah Jema’ah dikenakan “Dam” atau denda. yaitu menyembelih seekor kambing atau bila tidak mampu dapat berpuasa 10 hari. 3 hari di Tanah Suci, 7 hari di Tanah Air.
Bagi jema’ah yang lebih awal berada di Madinah persiapan ihramnya dilaksanakan di Madinah sedangkan Miqatnya dilakukan di  Bir Ali (Zulhulaifah),  di jalan raya menuju Mekah sekitar 12 KM dari kota Madinah.  Sedangkan bagi jema’ah yang datang belakangan dan langsung ke Mekah miqatnya dapat dilakukan di pesawat udara saat melintas batas miqat. Persiapan Ihram untuk ibadah Umrah sebaiknya dilakukan di tanah air sebelum berangkat.
PELAKSANAAN IBADAH UMRAH HAJI TAMATTU
Bagi Jama’ah haji yang baru berangkat ataupun telah sampai dapat melakukan niat dan melaksanakan tertib haji sebagai berikut :
Persiapan Ihram :
Memotong Kuku.
Memotong rambut secukupnya.
Mandi sunnat ihram.
Memakai wangi-wangian.
Memakai pakaian ihram.
MIQAT di Saudi. (Bir Ali, Rabiqh, Zatu Irqin, Qarnul Manazil dan Yalamlam) Ditempat Miqat ini jama’ah melakukan hal-hal sebagai berikut :
Shalat sunnat ihram 2 rakaat, jika mungkin.
Berniat Haji : Labbaika Allahumma’ Umratan
Diperjalanan ke Mekah membaca “Talbiah” sebanyak-banyaknya.
Tiba di Mekah jama’ah akan langsung masuk penginapan untuk istirahat sejenak, selama di mekah jema’ah melakukan kegiatan sebagai berikut :
Umrah (Tawaf , Sa’i).
atau Tawaf saja 7 kali keliling.
Apabila rangkaian ibadah tersebut sudah dilaksanakan, maka selesailah pelaksanaan ibadah Umrah. Jama’ah sudah boleh mengganti pakaian Ihram dengan pakaian biasa, sambil menunggu saatnya pelaksanaan ibadah Haji 8 Zulhijah. Jama’ah Haji Tamattu sudah boleh nelakukan apa saja yang terlarang selama Ihram.
PELAKSANAAN IBADAH HAJI TAMATTU
Ibadah Haji dimulai dengan memakai pakaian dan niat Ihram pada tanggal 8 Zulhijah. Persiapan Ihram dilakukan di tempat penginapan Mekah, sedangkan shalat sunat dan niat Ihramnya bisa dilakukan di rumah atau Masjidil Haram. Niatnya : Labbaika Allahumma’ Hajjan.
PELAKSANAAN IBADAH HAJI TAMATTU
TEMPAT           TANGGAL                       KEGIATAN
Mekah               8 Zulhijah (pagi)              Berangkat ke Mina atau langsung ke Arafah.
Mina                  8 Zulhijah (siang – malam)   Mabit atau menginap di Mina sebelum
                                                                   berangkat
                                                                   ke Arafah, sebagaimana yang dilakukan
                                                                   Rasullulah SAW
Mina – Arafah  9 Zulhijah (Pagi)                 Berangkat ke Arafah setelah matahari terbit atau
                                                                   setelah shalat Subuh.
Arafah                9 Zulhijah (Siang – sore)     Berdo’a, zikir, tasbih sambil menunggu waktu
                                                                  wukuf (pada tengah hari).
                                                                   Shalat Zuhur dan Ashar di jamak qasar (zuhur 2
                                                                   rakaat, Ashar 2 rakaat) dilaksanakan pada
                                                                   waktu zuhur
                                                                   Setelah shalat laksanakan wukuf dengan
                                                                    berdo’a, zikir, talbiyah, istiqfar terus menerus
                                                                   setengah hari sampai waktu Maqrib.
Arafah-Muzdalifah 9 Zulhijah (sore-malam)     Setelah matahari terbenam segera berangkat ke
                                                                   Muzdalifah. Shalat Maqrib dilaksanakan di
                                                                   Muzdalifah di jamak dengan shalat Isya seperti
                                                                   yang dilakukan Rasulullah.
Muzdalifah          9 Zulhijah (malam)             Shalat Maqrib dan Isya dijamak ta’khir.
                                                                   Mabit (berhenti sejenak) di Muzdalifah, paling
                                                                   kurang sampai lewat tengah malam. sambil
                                                                   mengumpulkan krikil untuk melontar Jumrah
                                                                    Aqabah.
                                                                    Mengumpulkan 7 butir batu krikil untuk
                                                                    melontar “Jumrah Aqabah” besok pagi.
                                                                    Setelah shalat subuh tanggal 10 Zulhijah
                                                                    berangkat ke Mina
Mina                  10 Zulhijah                         Melontar Jumrah Aqabah 7 kali.
                                                                    Tahallul awal.
                                                                    Lanjutkan ke Mekah untuk melakukan tawaf
                                                                    ifadah, Sa’i dan disunatkan tahallul Qubra.
                                                                    Harus sudah berada kembali di Mina sebelum
                                                                     Magrib.
                                                                     Mabit di Mina, paling tidak sampai lewat
                                                                     tengah malam.
Mina                   11 Zulhijah                         Melontar Jumrah Ula, Wusta dan Aqabah
                                                                     masing – masing 7 kali.
                                                                     Mabit di Mina, paling tidak sejak sebelum
                                                                     Maqrib sampai lewat tengah malam.
Mina                   12 Zulhijah                         Melontar Jumrah Ula, Wusta dan Aqabah
                                                                     waktu subuh masing – masing 7 kali.
                                                                      Bagi yang Nafar awal, kembali ke Mekah
                                                                      sebelum maqrib ,lanjutkan dengan tawaf
                                                                     ifadah dan Sa’i serta Tahallul Qubra bagi yang
                                                                      belum.
                                                                     Bagi yang Nafar Tsani, mabit di Mina.
Mina                   13 Zulhijah (pagi)                Bagi yang Nafar Tsani :
                                                                      Melontar Jumrah Ula, Wusta dan Aqabah
                                                                      masing-masing 7 kali
                                                                      Kembali ke Mekah
Mekah                13 Zulhijah (siang – malam)     Tawaf ifadah, Sa’i dan Tahallul Qubra bagi
                                                                      yang belum. Bagi yang sudah melakukan Sa’I
                                                                      sesudah tawaf Qudum (ketika baru tiba di
                                                                       Mekah) tidak perlu Sa’i langsung saja
                                                                       melakukan Tahallul.
                                                                       Ibadah Haji  selesai.

Senin, 26 Desember 2011

7 Pahala Yang Akan Mendapat Berkah Selepas Mati

Dari Anas r.a. berkata bahwa ada tujuh macam pahala yang dapat diterima seseorang itu selepas matinya.
1.Siapa yang mendirikan masjid maka ia tetap pahalanya selagi mesjid itu digunakan oleh orang untuk beramal ibadah di dalamnya.
2.Siapa yang mengalirkan air sungai selagi ada orang yang minum daripadanya.
3.Siapa yang menulis mushaf ia akan mendapat pahala selagi ada orang yang membacanya.
4.Orang yang menggali perigi selagi ada orang yang menggunakannya.
5.Siapa yang menanam tanam-tanaman selagi ada yang memakannya baik dari manusia atau burung.
6.Mereka yang mengajarkan ilmu yang berguna selama ia diamalkan oleh orang yang
mempelajarinya.
7.Orang yang meninggalkan anak yang soleh yang mana ia selalu mendoakan kedua orang tuanya dan beristighfar baginya yakni anak yang selalu diajari ilmu Al-Qur’an maka orang yang mengajarnya akan mendapat pahala selagi anak itu mengamalkan ajaran-ajarannya tanpa mengurangi pahala anak itu sendiri.

Abu Hurairah r.a. berkata, Rasulullah S.A.W. telah bersabda : “Apabila telah mati anak Adam itu, maka terhentilah amalnya melainkan tiga macam :
1.Sedekah yang berjalan terus (Sedekah Amal Jariah)
2.Ilmu yang berguna dan diamalkan.
3.Anak yang soleh yang mendoakan baik baginya.
Telah diceritakan bahawa Allah S.W.T telah menyuruh iblis datang kepada Nabi
Muhammad s.a.w agar menjawab segala pertanyaan yang baginda tanyakan padanya. Pada suatu hari Iblis pun datang kepada baginda dengan menyerupai orang tua yang baik lagi
bersih, sedang ditangannya memegang tongkat.
Bertanya Rasulullah s.a.w, “Siapakah kamu ini ?” Orang tua itu menjawab, “Aku
adalah iblis.”
“Apa maksud kamu datang berjumpa aku ?”
Orang tua itu menjawab, “Allah menyuruhku datang kepadamu agar kau bertanyakan
kepadaku.”
Baginda Rasulullah s.a.w lalu bertanya, “Hai iblis, berapa banyakkah musuhmu dari
kalangan umat-umatku ?” Iblis menjawab, “Lima belas.”
Diantaranya :
1.Engkau sendiri hai Muhammad.
2.Imam dan pemimpin yang adil.
3.Orang kaya yang merendah diri.
4.Pedagang yang jujur dan amanah.
5.Orang alim yang mengerjakan solat dengan khusyuk.
6.Orang Mukmin yang memberi nasihat.
7.Orang yang Mukmin yang berkasih-sayang.
8.Orang yang tetap dan cepat bertaubat.
9.Orang yang menjauhkan diri dari segala yang haram.
10.Orang Mukmin yang selalu dalam keadaan suci.
11.Orang Mukmin yang banyak bersedekah dan berderma.
12.Orang Mukmin yang baik budi dan akhlaknya.
13.Orang Mukmin yang bermanfaat kepada orang.
14.Orang yang hafal al-Qur’an serta selalu membacanya.
15.Orang yang berdiri melakukan solat di waktu malam sedang orang-orang lain semuanya tidur.
Kemudian Rasulullah s.a.w bertanya lagi, “Berapa banyakkah temanmu di kalangan umatku ?” Jawab iblis, “Sepuluh golongan” :
1.Hakim yang tidak adil.
2.Orang kaya yang sombong.
3.Pedagang yang khianat.
4.Orang pemabuk/peminum arak.
5.Orang yang memutuskan tali persaudaraan.
6.Pemilik harta riba.
7.Pemakan harta anak yatim.
8.Orang yang selalu tengah malam mengerjakan sholat atau sering meninggalkan sholat.
9.Orang yang tidak mau memberikan zakat.
10.Orang yang selalu berangan-angan dan khayal dengan tidak ada faedahnya sama sekali.
Mereka semua itu adalah sahabat-sahabatku yang setia.” Itulah di antara dialog Nabi dan iblis. Sudah sepatutnya kita maklum bahwa sesungguhnya Iblis itu adalah musuh Allah dan manusia. Dari itu hendaklah kita selalu berhati-hati jangan sampai kita menjadi kawan iblis, karena barang siapa yang menjadi kawan iblis artinya menjadi musuh Allah.
Demikianlah sebaliknya, barang siapa yang menjadi musuh iblis bererti menjadi kawan kekasih Allah.

Sabtu, 24 Desember 2011

Menghindarkan diri Dari dosa dan Berbuat Kebaikan

subhanallah walhamdulillah wala ilaha illallah wallahu akbar
Menghindarkan diri dari dosa adalah langkah pertama, tetapi langkah selanjutnya yang tak kalah penting adalah melakukan kebaikan dan mengerjakan ibadah serta taat kepada Allah taala. Apaila manusia selamat dari dosa-dosa dan beribadah kepada Allah, maka hatinya akan dipenuhi oleh berkah-berkah. dan itulah tujuan kehidupan manusia.

Lihat jika sehelai kain terkena kotoran, maka sekedar membasuhnya saja bukanlah suatu hal yang berarti. Hendaknya kain itu pertama-tama dibasuh dengan sabun’ kotorannya dikeluarkan lalu dibersihkan. Dan kemudian di beri pengharum supaya siapa saja yang melihatnya akan menjadi senang. seperti itu jugalah keadaan qalbu(hati) manusia. Akibat kotoran-kotoran dosa dia menjadi tidak bersih, memuakkan dan berbau busuk dan menggu mahluk sekitarnya.
Jadi pertama-tama hendaknya kotoran-kotoran dosa itu dibasuh dengan Taubah dan istighfar. Dan mintalah  taufik/karunia dari Allah Swt supaya dapat  senantiasa menghindarkan diri dari dosa-dosa. Kemudian selain itu, selalulah melakukan zikir Ilahi, dan penuhilah qalbu dengan hal itu. dengan cara itu proses mencapai Allah (suluk) pun akan menjadi sempurna. Dan tanpa itu adalah seperti tamsil tadi, yakini sekedar membasuh kotoran saja. Akan tetapi selama kondisinya belum demikian - yakni qalbu dibersihkan dari segala macam akhlak buruk dan hina lalu qalbu itu disiram dengn wangi-wangian zikir Ilahi dan aroma wangi muncul dari dalam - maka selama itu pula hendaknya jangan berprasangka buruk terhadap Allah taala dan terhadap diri kita sendiri. Namun apabila kondisi kita telah menjadi demkian, maka sama sekali tidak akan timbul lagi prasangka buruk serta keraguan...
sekarang mari  sama kita membersihkan diri dan hati dengan dzikir dan beribadah kepada Allah Swt insyaallah akan di jabahi amal baik kita Amin.

Tata Cara Sholat Rasulullah saw.

subhanallah walhamdulillah wala ilaha illallah wallahu akbar
Segala puji hanya milik Allah semata, shala-wat dan salam semoga tetap dicurahkan kepada hamba dan utusanNya, yaitu Nabi Muhammad, keluarga dan para shahabatnya. Amma ba`du:
Berikut ini adalah uraian singkat tentang sifat (tata cara) shalat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam . Penulis ingin menyajikannya kepada setiap muslim, baik laki-laki ataupun perempuan, agar siapa saja yang membaca-Nya dapat bersungguh-sungguh dalam mencontoh (berqudwah) kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. di dalam masalah shalat, sebagaimana sabda beliau:

Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat.(HR. Al-Bukhari).

Kepada para pembaca, berikut ini uraiannya:
1. Menyempurnakan wudlu;
(Seseorang yang yang hendak melakukan shalat) hendaknya berwudlu sebagaimana yang diperintahkan Allah; sebagai peng-amalan terhadap firmanNya:
“Wahai orang-orang yang beriman, apabila kalian hendak melakukan shalat, maka cucilah muka kalian, kedua tangan kalian hingga siku, dan usaplah kepala kalian, dan (cucilah) kedua kaki kalian hingga kedua mata kaki…” (Al-Ma’idah: 6).
dan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:

“Tidak diterima shalat tanpa bersuci dan shadaqah dari penipuan.” (HR. Muslim ).

Dan sabdanya kepada orang yang tidak betul shalatnya:

“Apabila kamu hendak melakukan shalat, maka sempurnakanlah wudhu”.


2. Menghadap ke kiblat:

Yaitu Ka`bah, di mana saja ia berada dengan seluruh tubuhnya (secara sempurna), sambil berniat di dalam hatinya untuk melakukan shalat sesuai yang ia inginkan, apakah shalat wajib atau shalat sunnah, tanpa mengucapkan niat tersebut dengan lisannya, karena mengucapkan niat dengan lisan itu tidak dibenarkan (oleh syara`), bahkan hal tersebut merupakan perbuatan bid`ah. Sebab Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah melafadzkan niat begitu juga para sahabat. Disunnahkan meletakkan sutrah (pembatas) baik sebagai imam atau shalat sendirian karena demikian itu termasuk sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Shalat harus menghadap kiblat sebab tidak sah shalat seseorang jika tidak menghadap kiblat kecuali dalam kondisi tertentu yang telah banyak dijelaskan dalam kitab-kitab fikih.

3. Takbiratul ihram dengan mengangkat ke-dua tangan hingga sejajar dengan pundak
sambil mengucap Allahu Akbar lalu mengarahkan pandangan ke tempat sujud.

4. Mengangkat kedua tangan di saat bertak-bir hingga sejajar dengan kedua pundak
atau sejajar dengan kedua telinganya.

5. Meletakkan kedua tangan di atas dada-nya,
Yaitu dengan meletakkan tangan kanan pada punggung tangan kiri, atau pada pergelangan tangan kiri, atau pada lengan tangan kiri, karena hal tersebut ada haditsnya, (seperti) hadits yang bersumber dari Wa’il bin Hujr dan Qubaishah bin Hulb Al-Tha’iy yang ia riwaratkan dari ayahnya radhiyallahu ‘anhu.
6. Disunnahkan membaca do’a istiftah:

“Ya Allah, jauhkanlah antaraku dengan kesalahan-kesalahanku, sebagaimana Engkau telah menjauhkan antara timur dan barat; Ya Allah, sucikanlah aku dari kesalahan-kesalahanku seba-gaimana pakaian putih disucikan dari segala kotoran; Ya Allah, bersihkanlah aku dari kesa-lahan-kesalahanku dengan air, es dan salju” (Muttafaq `alaih yang bersumber dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam).
Boleh juga membaca do’a yang lain sebagai gantinya, seperti:

Maha Suci Engkau, Ya Allah, dengan segala puji bagiMu, Maha Mulia NamaMu, dan Maha Tinggi kemuliaanMu, tiada Tuhan yang yang berhak disembah selain Engkau“.

Karena do’a ini ada dalil shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan diperbolehkan membaca do’a istiftah lain dari keduanya yang ada dalil shahihnya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Namun yang lebih afdhal (utama) adalah pada suatu saat membaca do`a istiftah yang pertama dan pada saat yang lain membaca yang kedua atau yang lainnya yang ada dalil shahihnya, karena yang demikian itu lebih sempurna dalam ber-ittiba` (mencontoh Rasu-lullah shallallahu ‘alaihi wasallam).
Kemudian membaca:

Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk ” “Dan dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang“.

Dan dilanjutkan dengan membaca Surat Al-Fatihah, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

Tidak syah shalat seseorang yang tidak membaca Surat Al-Fatihah “, dan sesudah itu membaca “Amin” secara jelas (nyaring) dalam shalat jahriyah, dan sirr (tersembunyi) dalam shalat sirriyah.

Kemudian membaca ayat-ayat Al-Qur’an, dan diutamakan bacaan dalam shalat Zhuhur, Ashar dan Isya’ dari surat-surat yang agak panjang, dan pada shalat Shubuh surat-surat yang panjang, sedangkan pada shalat Maghrib surat-surat pendek dan pada suatu saat boleh juga membaca surah yang panjang atau setengah panjang, maksudnya pada shalat Maghrib, sebagaimana yang diriwayatkan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan pada shalat Ashar hendaknya membaca surat yang lebih pendek dari pada bacaan shalat dzuhur
7. Ruku` sambil bertakbir dan mengangkat kedua tangan hingga sejajar
dengan kedua pun-dak atau kedua telinga,
dengan menjadikan kepala sejajar dengan punggung dan meletakkan kedua tangan pada kedua lutut dengan jari-jari terbuka sambil thuma’ninah di saat ruku` dan mengucapkan:

Maha suci RabbKu Yang Maha Agung”

Dan lebih diutamakan membacanya tiga kali atau lebih, dan di samping itu dianjurkan pula membaca:

“Maha Suci Engkau, Wahai Rabb kami dan dengan segala puji bagiMu, Ya Allah, ampunilah aku”.

8. Mengangkat kepala dari ruku’,
sambil mengangkat kedua tangan hingga sejajar dengan kedua pundak atau kedua telinga
sambil membaca:


“Semoga Allah mendengar orang yang memuji-Nya”.

baik sebagai imam atau shalat sendirian. Lalu di saat berdiri mengucapkan:

“Wahai Rabb kami, milikMu segala pujian sebanyak-banyaknya lagi baik dan penuh berkah, sepenuh langit dan bumi, sepenuh apa yang ada di antara keduanya dan sepenuh apa saja yang Engkau kehendaki kelak”.

Dan jika ditambah lagi sesudah itu dengan do’a:

Pemilik puja dan puji, ucapan yang paling haq yang diucapkan oleh seorang hamba; dan semua kami adalah hamba bagiMu; Ya Allah, tiada penghalang terhadap apa yang Engkau berikan, dan tiada yang dapat memberikan terhadap apa yang Engkau halangi, tiada berguna bagi orang yang memiliki kemuliaan, karena dariMu lah kemuliaan”.

Maka hal tersebut baik, karena yang demikian itu ada dasarnya dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam beberapa hadits shahih.
Adapun jika ia sebagai ma’mum, maka di saat mengangkat kepala membaca:

Wahai Rabb kami, milikMu lah segala puji-an“… hingga akhir bacaan di atas.

Dan dianjurkan meletakkan kedua tangannya di atas dadanya, sebagaimana yang ia lakukan pada saat berdiri sebelum ruku`, karena keshahihan hadits dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang menunjukkan demikian, yaitu hadits yang bersumber dari Wa’il bin Hujr dan Sahal bin Sa`ad radhiyallahu ‘anhu.
9. Sujud sambil bertakbir dengan meletak-kan kedua lutut sebelum kedua tangan, jika hal tersebut memungkinkan. Dan jika tidak, maka men-dahulukan kedua tangan sebelum kedua lutut, sambil menghadapkan jari-jari kedua telapak kaki dan jari jari kedua telapak tangan ke qiblat, dengan posisi jari-jari telapak tangan rapat. Dan sujud di atas tujuh anggota tubuh, yaitu dahi bersama hidung, kedua telapak tangan, kedua lutut dan ujung jari kedua telapak kaki, sambil membaca do’a:

“Maha Suci Rabbku Yang Maha Tinggi.” tiga kali atau lebih:

Dianjurkan pula membaca:

Maha Suci Engkau, Ya Allah Rabb kami, dengan segala puji bagiMu. Ya Allah ampunilah aku “.

Dan memperbanyak do’a, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:

Adapun ruku`, maka agungkanlah Tuhan pada saat itu, dan adapun sujud, maka bersungguh-sungguhlah kalian dalam berdo’a, sebab layak untuk diterima bagi kalian.”
Dan juga sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallam:

Posisi terdekat seorang hamba dari Tuhannya adalah di saat ia sedang sujud, maka dari itu perbanyaklah do’a.”

Kedua hadis tersebut diriwayatkan oleh Muslim di dalam Shahihnya.
Hendaknya (diwaktu sujud) ia memohon kepa-da Tuhannya kebaikan dunia dan akhirat untuk dirinya dan untuk orang lain dari kaum muslimin, baik itu dalam shalat wajib maupun dalam shalat sunnah. Dan (diwaktu sujud) hendaknya mereng-gangkan kedua lengan tangan dari kedua lambung dan perut dari kedua pahanya sambil mengangkat kedua hasta/lengah tangannya dari tanah, sebab Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

Tegak luruslah kalian di saat sujud dan jangan ada seorang dari kalian meletakkan kedua lengan tangannya seperti anjing meletakkan kedua lengan tangannya.” (Muttafaq `alaih).

10. Mengangkat kepala sambil bertakbir,
bertumpu pada kaki kiri dan mendudukinya, sedang-kan kaki kanan ditegakkan, meletakkan
kedua tangan di atas ujung kedua paha dan kedua lutut, lalu mem-baca:


Wahai Rabbku, ampunilah aku; wahai Rabbku, ampunilah aku; wahai Rabbku, ampunilah aku. Ya Allah, ampunilah aku, belas kasihilah aku, berilah aku petunjuk, berilah aku rizki, berilah aku kesehatan dan tutupilah kekuranganku.”

Hendaknya thuma’ninah (berhenti sebentar) di waktu duduk, hingga setiap persendian benar-benar berada pada posisinya, sebagaimana di saat ia berdiri i`tidal sebelum ruku`, karena Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memanjangkan (waktu) i`tidalnya sesudah ruku` dan ketika duduk di antara dua sujud.
11. Sujud yang kedua sambil bertakbir,
dalam melakukannya sebagaimana ia melakukan pada sujud pertama.

12. Mengangkat kepala (bangun) sambil bertakbir,
dan duduk sejenak seperti duduk antara dua sujud. Ini disebut duduk istirahat, hukumnya sunnah menurut pendapat yang lebih kuat dari dua pendapat para ulama, dan jika ditinggalkan maka tidak apa-apa. Dan pada duduk ini tidak ada bacaan atau pun do’a.
Lalu bangkit dan berdiri untuk melakukan raka`at yang kedua dengan bersanggah pada kedua lutut jika memungkinkan, dan jika tidak memung-kinkan, maka bersanggah kepada kedua tangan di atas lantai, kemudian membaca Al-Fatihah dan sete-rusnya seperti apa yang dilakukan pada raka`at yang pertama. Tidak boleh bagi seorang ma’mum menda-hului imam, karena Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melarang umatnya dari tindakan seperti itu, demikian juga dibenci memba-rengi imam. Sunnahnya bagi ma`mum, gerakan-gerakannya harus sesudah gerakan-gerakan imam-nya dengan tidak berbarengan, dan harus setelah terhentinya suara imam, karena Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

Sesungguhnya imam itu dijadikan sebagai imam agar diikuti, maka janganlah kalian menyelisihinya, oleh karena itu, jika ia bertakbir maka bertakbirlah kalian, dan jika ia ruku` maka ruku`lah kalian, dan apabila ia membaca: “Sami`allahu liman hamidah”, maka bacalah: “Rabbana wa lakal-hamdu”, dan apabila ia sujud, maka sujudlah kalian” (Muttafaq `alaih).

13. Jika shalat itu adalah shalat dua raka`at, seperti shalat Subuh, shalat Jum`at dan shalat `Id, maka duduk iftirasy setelah bangkit dari sujud kedua, yaitu dengan menegakkan kaki kanan, dan bertumpu pada kaki kiri, tangan kanan diletakkan di atas paha kanan dengan menggenggam semua jari kecuali jari telujuk untuk berisyarat kepada tauhid di saat meng-ingat Allah shallallahu ‘alaihi wasallam dan berdo’a. Jika jari manis dan jari kelingking tangan kanan digenggamkan, sedangkan ibu jari dibentuk lingkaran dengan jari tengah dan berisyarat dengan jari telunjuk, maka hal tersebut sangat baik sekali, karena kedua cara tersebut ada di dalam hadits shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan afdhalnya melakukan cara yang pertama pada suatu saat dan cara yang kedua pada saat yang lain. Sedangkan tangan kiri diletakkan di atas (ujung) paha kiri dan lutut; lalu membaca Tasyahhud, yaitu:


Kemudian dilanjutkan dengan membaca:


Lalu memohon perlindungan kepada Allah dari empat hal dengan membaca:
Kemudian berdo’a, memohon kepada Allah untuk kebaikan dunia dan akhirat. Dan apabila berdo`a untuk kedua orang tua atau untuk kaum muslimin, maka dibolehkan, baik di waktu shalat wa-jib ataupun shalat sunnah, berdasarkan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dari Ibnu Mas`ud radhiyallahu ‘anhu ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengajarinya Tasyahhud, beliu bersabda:

“Kemudian hendaknya ia memilih do`a yang lebih disukai, lalu berdo`a

Do`a yang disebutkan dalam hadist di atas men-cakup semua apa saja yang berguna bagi seseorang dalam kehidupan dunia dan akhirat. Setelah itu memberi salam dengan menoleh ke kanan dan salam dengan menoleh ke kiri, seraya mengucapkan:

14. Jika shalat yang dikerjakan adalah tiga raka`at, seperti shalat Maghrib, atau empat raka`at, seperti shalat Zhuhur, `Ashar dan Isya’, maka hendak-nya ia membaca tasyahhud tersebut di atas dengan membaca shalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, kemudian bang-kit dengan bersanggah kepada kedua lututnya, sambil mengangkat kedua tangan sampai sejajar dengan kedua pundak dan membaca Allahu Akbar, lalu mele-takkan kedua tangan di dada sebagaimana diterang-kan di atas kemudian membaca Al-Fatihah saja.
Jika ia membaca surah atau ayat pada raka`at ketiga dan keempat dalam shalat dzuhur sesudah al-Fatihah pada saat-saat tertentu, maka tidak apa-apa. Karena ada hadits shahih yang menunjukkan hal tersebut dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang bersumber dari Abu Sa`id radhiyallahu ‘anhu.
Dan jika tidak membaca shalawat pada tasyah-hud pertama, maka tidak apa-apa, karena hukumnya sunnah, tidak wajib dalam tasyahhud awal. Kemudian membaca tasyahhud setelah raka`at ketiga pada shalat Maghrib, dan setelah raka`at keempat dari shalat Zhuhur, Ashar dan Isya’, berikut dengan shalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam , dan memohon perlindungan kepada Allah dari empat perkara yang disebutkan di atas (adzab Neraka Jahannam, siksa kubur, fitnah kehi-dupan dan kematian dan dari kejahatan fitnah Dajjal), lalu perbanyak berdo`a.
Dan di antara do`a yang diajarkan pada akhir tahiyyat (tasyahhud) dan juga dalam kesempatan-kesempatan lainnya adalah:

Ya Rabb kami, karuniakan kepada kami kebajikan di dunia dan kebajikan di akhirat dan peliharalah kami dari adzab api Neraka”.

Karena ada hadits shahih yang bersumber dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:

Kebanyakan dari do`a-do`a Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam itu adalah Rabbana atina fiddunya hasanah wafil akhirati hasanah wa qina adzaban nar.

Sebagaimana telah disebutkan di atas dalam shalat yang dua raka`at, hanya saja posisi duduk saat ini adalah duduk tawarruk, yaitu duduk dengan meletakkan telapak kaki kiri di bawah betis kaki kanan dan kemudian mendudukkan pantat di atas tanah, sedangkan kaki kanan tegak, berdasarkan hadits yang bersumber dari Abu Humaid. Kemudian memberi salam ke kanan sambil mengucapkan: dan salam ke kiri seraya mengucapkan:  
Sehabis itu beristighfar (memohon ampun) kepada Allah tiga kali, membaca:

“Ya Allah, Engkaulah Yang Maha Selamat dan dariMu-lah keselamatan, Maha Suci Engkau, wahai Tuhan Pemilik keagungan dan kemulia-an; tiada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah semata, tiada sekutu bagiNya, milikNya lah kerajaan, dan milikNya-lah segala pujian, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu; tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah. Ya Allah, tiada yang dapat menghalangi terhadap apa yang Engkau berikan, dan tiada yang dapat memberi terhadap apa yang Engkau halangi, tidaklah bermanfaat kemuliaan bagi pemiliknya kecuali kemuliaan itu dari Engkau. Tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan kami tidak menyembah kecuali hanya kepadaNya; kepunyaanNya lah kenikmatan dan milikNya lah karunia, dan bagiNya-lah sanjungan yang baik, tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah, dengan tulus ikhlas tunduk kepadaNya sekalipun orang-orang kafir tidak suka”.

Kemudian bertasbih (mengucapkan Subhanallah ) sebanyak 33 kali, memuji Allah (mengucapkan Alhamdulillah) 33 kali dan bertakbir (mengucapkan Allahu akbar) 33 kali, serta digenapkan menjadi seratus dengan mengucapkan:

“Tiada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah semata, tiada sekutu bagiNya, kepunyaan-Nya-lah kerajaan, dan milikNya-lah segala pujian, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu”.

Lalu membaca ayat Kursi, Surat Al-Ikhlash, surat Al-Falaq dan Surah An-Nas pada setiap kali selesai shalat. Dan dianjurkan (disunnahkan) meng-ulang tiga surat tersebut sebanyak 3 kali setelah selesai shalat Maghrib dan shalat subuh, berdasarkan hadits shahih dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang menganjurkan tentang hal itu, begitu pula dianjurkan (disunnahkan) menambah dzikir tersebut di atas, terutama setelah shalat Maghrib dan shalat Subuh dengan dzikir berikut 10 kali:

“Tiada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah semata, tiada sekutu bagiNya, kepunyaan-Nya-lah kerajaan, dan milikNya-lah segala pujian, Dia menghidupkan dan mematikan dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu”.

Semua itu berdasarkan hadits shahih dari Rasu-lullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Jika ia sebagai imam, maka hendaknya berbalik menghadap para ma’mum sesudah beristighfar 3 kali dan mengucapkan:

“Ya Allah, Engkau Yang Maha selamat dan dariMu lah keselamatan, Maha Tinggi lagi Maha Suci Engkau, wahai Pemilik keagungan dan kemuliaan”.

Kemudian membaca dzikir-dzikir sebagaimana tersebut di atas, yang banyak disebutkan dalam hadits-hadits dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, di antaranya adalah hadits shahih yang dari `Aisyah radhiyallahu ‘anhu yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Semua dzikir di atas hukumnya sunnah, tidak wajib.
Disunnahkan pula bagi setiap muslim, baik laki-laki atau perempuan shalat sunnah 4 raka`at sebelum Zhuhur dan 2 raka`at sesudahnya, 2 raka`at sesudah shalat Maghrib, 2 raka`at sesudah Isya dan 2 raka`at sebelum shalat Subuh. Jumlah kesemuanya 12 raka`at, yang dinamakan shalat rawatib; Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam selalu menjaganya di waktu muqim, adapun di waktu beper-gian beliau hanya melakukan shalat sunnat Subuh dan witir. Untuk kedua shalat sunnah tersebut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah meninggalkannya baik di waktu muqim maupun di waktu bepergian. Beliau adalah teladan bagi kita, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik”. (Al-Ahzab: 21).
Dan juga sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

“Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat”.(HR. Bukhari).

Dan lebih utama (afdhal) shalat-shalat rawatib dan shalat witir dilakukan di rumah, namun jika dilakukan di masjid, maka tidak apa-apa sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

“Sebaik-baik shalat seseorang adalah di rumah, kecuali shalat wajib.” (Hadits ini disepakati keshahihannya oleh Bukhari dan Muslim)

Menjaga shalat rawatib dengan sungguh-sung-guh merupakan bagian dari sebab seseorang masuk Surga, sebagaimana yang diriwayatkan di dalam Shahih Muslim dari Ummi Habibah radhiyallahu ‘anhu sesungguh-nya dia berkata: Saya telah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Tiada seorang hamba muslim pun yang selalu melakukan shalat sunnat 12 raka`at selain dari shalat wajib pada setiap hari, melainkan Allah bangun untuknya sebuah istana di Surga.”

Dan sesungguhnya Imam At-Tirmidzi di dalam riwayat haditsnya juga menjelaskan (menafsirkan) hadits di atas sebagaimana yang kami sebutkan tadi.
Jika ia melakukan 4 raka`at sebelum shalat Ashar, 2 raka`at sebelum Maghrib, dan dua raka`at sebelum shalat Isya`, maka itu lebih baik sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

Allah akan memberi rahmat kepada seseorang yang selalu shalat 4 raka`at sebelum Ashar“. (HR. Imam Ahmad, Abu Daud, At-Tirmidzi, dan ia menghasankannya; dishahihkan Ibnu Huzaimah, sanad hadits tersebut shahih).

Dan juga sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

Di antara dua adzan (adzan dan iqamah) ada shalatnya, di antara dua adzan ada shalatnya, -Lalu beliau bersabda untuk ketiga kalinya: Bagi yang menghendaki.” (HR. Al-Bukhari)

Dan jika shalat 4 raka`at setelah shalat Zhuhur dan 4 raka`at sebelumnya, maka itu pun baik pula, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

Barangsiapa yang menjaga 4 raka`at sebelum Zhuhur dan 4 raka`at sesudahnya, maka ia diharamkan oleh Allah atas api Neraka.” (HR. Ahmad dan Ahlus Sunan dengan sanad shahih dari Ummi Habi-bah radhiyallahu ‘anhu)

Maksudnya adalah, ia menambah 2 raka`at atas shalat sunnat rawatib sesudah Zhuhur, karena shalat sunnat rawatib Zhuhur itu 4 raka`at sebelumnya dan 2 raka`at sesudahnya. Maka jika ia melakukan dua rak`at shalat sunnat lagi sesudahnya, tercapailah apa yang disebutkan di dalam hadits Ummi Habibah tersebut.
Dan Allahlah Pemberi taufiq, dan semoga Allah tetap mencurahkan shalawat dan salam kepada nabi kita Nabi Muhammad bin Abdullah shallallahu ‘alaihi wasallam, kepada ke-luarga dan para shahabatnya serta para pengikutnya hingga hari Kiamat.

Jumat, 23 Desember 2011

AL-Quran

No. Lihat SurahDengarkanDengarkan TerjemahanJumlahTurun di
1.  Al-Fatihah7Makkiyah
2.  Al-Baqarah286Madaniyyah
3.  Ali Imran200Madaniyyah
4.  An-Nisaa176Madaniyyah
5.  Al-Maidah120Madaniyyah
6.  Al-An'am165Makkiyah
7.  Al-A'raf206Makkiyah
8.  Al-Anfaal75Madaniyyah
9.  At-Taubah129Madaniyyah
10.  Yunus109Makkiyah
11.  Huud123Makkiyah
12.  Yusuf111Makkiyah
13.  Ar-Ra'd43Madaniyyah
14.  Ibrahim52Makkiyah
15.  Al-Hijr99Makkiyah
16.  An-Nahl128Makkiyah
17.  Al-Israa'111Makkiyah
18.  Al-Kahfi110Makkiyah
19.  Maryam98Makkiyah
20.  Thaahaa135Makkiyah
21.  Al-Anbiyaa112Makkiyah
22.  Al-Hajj78Madaniyyah
23.  Al-Mu'minuun118Makkiyah
24.  An-Nuur64Madaniyyah
25.  Al-Furqaan77Makkiyah
26.  Asy-Syu'araa227Makkiyah
27.  An-Naml93Makkiyah
28.  Al-Qashash88Makkiyah
29.  Al-'Ankabuut69Makkiyah
30.  Ar-Ruum60Makkiyah
31.  Luqman34Makkiyah
32.  As-Sajdah30Makkiyah
33.  Al-Ahzab73Madaniyyah
34.  Saba'54Makkiyah
35.  Faathir45Makkiyah
36.  Yaa Siin83Makkiyah
37.  Ash-Shaaffat182Makkiyah
38.  Shaad88Makkiyah
39.  Az-Zumar75Makkiyah
40.  Al-Mu'min85Makkiyah
41.  Fushshilat54Makkiyah
42.  Asy-Syuura53Makkiyah
43.  Az-Zukhruf89Makkiyah
44.  Ad-Dukhaan59Makkiyah
45.  Al-Jaatsiyah37Makkiyah
46.  Al-Ahqaaf35Makkiyah
47.  Muhammad38Madaniyyah
48.  Al-Fat-h29Madaniyyah
49.  Al-Hujuraat18Madaniyyah
50.  Qaaf45Makkiyah
51.  Adz-Dzaariyat60Makkiyah
52.  Ath-Thuur49Makkiyah
53.  An-Najm62Makkiyah
54.  Al-Qamar55Makkiyah
55.  Ar-Rahmaan78Madaniyyah
56.  Al-Waaqi'ah96Makkiyah
57.  Al-Hadiid29Madaniyyah
58.  Al-Mujaadilah22Madaniyyah
59.  Al-Hasyr24Madaniyyah
60.  Al-Mumtahanah13Madaniyyah
61.  Ash-Shaff14Madaniyyah
62.  Al-Jumuah11Madaniyyah
63.  Al-Munaafiqun11Madaniyyah
64.  At-Taghaabun18Madaniyyah
65.  Ath-Thalaaq12Madaniyyah
66.  At-Tahriim12Madaniyyah
67.  Al-Mulk30Makkiyah
68.  Al-Qalam52Makkiyah
69.  Al-Haaqqah52Makkiyah
70.  Al-Ma'aarij44Makkiyah
71.  Nuh28Makkiyah
72.  Al-Jin28Makkiyah
73.  Al-Muzzammil20Makkiyah
74.  Al-Muddatstsir56Makkiyah
75.  Al-Qiyaamah40Makkiyah
76.  Al-Insaan31Madaniyyah
77.  Al-Mursalaat50Makkiyah
78.  An-Naba'40Makkiyah
79.  An-Naazi'aat46Makkiyah
80.  'Abasa42Makkiyah
81.  At-Takwiir29Makkiyah
82.  Al-Infithaar19Makkiyah
83.  Al-Muthaffif36Makkiyah
84.  Al-Insyiqaaq25Makkiyah
85.  Al-Buruuj22Makkiyah
86.  Ath-Thaariq17Makkiyah
87.  Al-A'laa19Makkiyah
88.  Al-Ghaasyiyah26Makkiyah
89.  Al-Fajr30Makkiyah
90.  Al-Balad20Makkiyah
91.  Asy-Syams15Makkiyah
92.  Al-Lail21Makkiyah
93.  Adh-Dhuhaa11Makkiyah
94.  Alam Nasyrah8Makkiyah
95.  At-Tiin8Makkiyah
96.  Al-'Alaq19Makkiyah
97.  Al-Qadr5Makkiyah
98.  Al-Bayyinah8Madaniyyah
99.  Az-Zalzalah8Madaniyyah
100.  Al-'Aadiyaat11Makkiyah
101.  Al-Qaari'ah11Makkiyah
102.  At-Takaatsur8Makkiyah
103.  Al-'Ashr3Makkiyah
104.  Al-Humazah9Makkiyah
105.  Al-Fiil5Makkiyah
106.  Quraisy4Makkiyah
107.  Al-Maa'uun7Makkiyah
108.  Al-Kautsar3Makkiyah
109.  Al-Kaafiruun6Makkiyah
110.  An-Nashr3Madaniyyah
111.  Al-Lahab5Makkiyah
112.  Al-Ikhlash4Makkiyah
113.  Al-Falaq5Makkiyah
114.  An-Naas6Makkiyah
Jumlah Surah:114 Jumlah Ayat:6236